Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengumpulkan kembali para ahli cacar monyet untuk memutuskan apakah wabah yang memburuk sekarang merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat global.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus akan mengadakan pertemuan kedua komite darurat cacar monyet. Saat ini, terdapat lebih dari 6.000 kasus yang dikonfirmasi di 58 negara. "Tim saya mengikuti data. Saya berencana untuk mengumpulkan kembali komite darurat sehingga mereka mendapat informasi terbaru tentang epidemiologi dan evolusi wabah cacar monyet saat ini, dan penerapan tindakan pencegahan," kata Tedros dalam konferensi pers dari markas besar WHO di Jenewa seperti dilansir dari AFP, Rabu (6/7).
Rencananya, sambung Tedros, tim akan dikumpulkan kembali pada 18 Juli mendatang. "Saya akan menyatukan mereka pada minggu 18 Juli atau lebih cepat jika diperlukan," ujarnya.
Lonjakan infeksi cacar monyet telah dilaporkan sejak awal Mei di luar negara-negara Afrika Barat dan Tengah di mana penyakit itu telah lama mewabah. "Saya terus khawatir dengan skala dan penyebaran virus," ujarnya.
Tedros mengungkapkan pengujian virus masih menjadi tantangan. Ia melihat kemungkinan sejumlah besar kasus yang tidak tertangani. "Eropa adalah pusat wabah saat ini, mencatat lebih dari 80 persen kasus cacar monyet secara global," ujarnya.
Menurut data WHO, sebagian besar infeksi cacar monyet sejauh ini diamati pada pria yang berhubungan seks dengan pria, usia muda dan terutama di daerah perkotaan.
Pada 23 Juni lalu, WHO membentuk komite ahli darurat untuk memutuskan apakah cacar monyet merupakan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) - alarm tertinggi yang dapat dibunyikan WHO.
Kendati demikian, mayoritas menemukan bahwa situasinya belum melewati ambang tersebut.