Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Bulan Ramadhan sudah mendekati penghujung waktu selesai, namun keputusan sidang Isbat Idul Fitri tahun 2025 yang akan diumumkan pada Sabtu, 29 Maret 2025, oleh Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA ini membuat pertanyaan besar dikalangan umat Muslim di
Indonesia.
Karena hal tersebut penentu puncak arus mudik dan balik Lebaran, jika 1 Syawal
1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, maka 2 hari sebelum tanggal tersebut akan menjadi
puncak pergerakan pemudik yang melakukan pulang ke kampung halamannya.
Hal ini terjadi karena pemudik biasanya mengambil cuti 2 hari sebelum Lebaran, fakta ini kerap diwarnai
dengan kemacetan parah di berbagai ruas jalan utama serta kepadatan ekstrem di terminal,
stasiun, bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia.
Tim Psikologi Polri hadir sebagai solusi atas persoalan ini. Dengan pendekatan berbasis afeksi,
hal ini teringat dari penelitian Kelly dan Spoor pada tahun 2010 tentang tentang teori peran
afeksi dalam kelompok yang membahas kecenderungan kelompok untuk berbagi suasana hati
atau emosi serupa karena memiliki disposisi afektif yang sama serta melalui pengalaman
bersama. Hadirnya tim Psikologi Polri berupaya memberikan dukungan emosional yang dapat
menjaga keseimbangan mental anggota di lapangan.
Kehadiran tim Psikologi Polri bukan hanya sekadar memberikan konseling atau terapi bagi anggota yang mengalami masalah, tetapi juga berperan dalam membangun suasana kerja yang lebih positif. Afeksi dalam konteks ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemaparan emosi positif, pemberian motivasi, hingga
intervensi psikologis yang lebih mendalam ketika diperlukan.
Dasar bergeraknya Tim Psikologi Polri, karena melihat dari sebuah teori regulasi Afeksi dalam
kelompok yang membagi dua regulasi yaitu aktif dan pasif, dimana aktif dilakukan secara sadar
oleh anggota kelompok keteman kelompoknya, dan regulasi pasif secara otomatis melalui
penularan emosi (emotional contagion). Teori ini ini diterapkan dalam kelompok oleh George
pada tahun 2002, bahwa regulasi emosi merupakan proses yang fundamental dalam dinamika
kelompok.
Dalam konteks Operasi Ketupat, tim psikologi Polri mengimplementasikan berbagai strategi
untuk memberikan dukungan afektif. Salah satunya adalah dengan membangun komunikasi
yang terbuka dan suportif. Anggota Polri di lapangan sering merasa terbebani oleh ekspektasi
tinggi dan tekanan kerja yang konstan.
Melalui kegiatan ini dan dukungan ini, sangat berkontribusi langsung terhadap performa kinerja anggota Polri, mulai dari pengurangan stres, peningkatan motivasi, pencegahan Burnout, hingga memperkuat kerja sama tim.
Oleh karena itu, sudah saatnya dukungan psikososial bagi petugas Polri diakui sebagai bagian
Integral dari setiap tugas-tugas Polri. Dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berbasis
data, kehadiran Tim Psikologi Polri bukan sekadar retorika, melainkan sebuah langkah nyata
yang membawa dampak positif.
(pt/pr/nm)