Waspada Bahaya Infiltrasi Paham Radikal di Masyarakat

14 March 2022 - 20:37 WIB

Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Tewasnya dr. Sunardi yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai tersangka terorisme, setelah ditembak Densus 88 di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Rabu lalu, masih menimbulkan polemik di masyarakat.

Sebagian masyarakat menganggap Densus 88 telah melakukan pelanggaran prosedur, yang menyebabkan kematian dr. Sunardi. Sementara sebagian lainnya menganggap tindakan Densus 88 adalah sebuah kewajaran, mengingat pelaku memang adalah pelaku terorisme yang berupaya kabur saat akan ditangkap. Senin (14/3/22).

Di luar pro kontra penembakan atas dr. Sunardi, kehadiran seorang dokter sebagai bagian lingkaran terdalam kelompok teroris, tentu perlu mendapat perhatian khusus. Pasalnya, banyak yang beranggapan selama ini lingkaran terdalam adalah orang-orang yang tidak punya pekerjaan, berpendidikan rendah, dan dari kelompok masyarakat miskin. Padahal kelompok ini sudah merambat banyak kelompok profesi, termasuk dokter dan mungkin saja polisi.

Meski aksi terorisme cenderung menurun dalam 10 tahun terakhir, namun kewaspadaan nasional terhadap teror kelompok-kelompok intoleran harus tetap harus berjalan. Jika dibiarkan bisa jadi mereka tumbuh menjadi kelompok besar yang melakukan teror di mana-mana. 


Terlalu naif membiarkan infiltrasi mereka, tanpa berbuat sesuatu, dan masih berpolemik kenapa sang dokter harus ditembak. Karena jaringan teror bisa merangkak dalam senyap hingga puluhan tahun sampai mereka membuat agenda besar teror. Baru semua orang terkaget-kaget. Tugas Densus 88 Mabes Polri, mamastilan itu tidak terjadi.

Share this post

Sign in to leave a comment