Kerumunan masyarakat yang terjadi sejak kedatangan Habib Rizieq, Selasa minggu lalu, masih menimbulkan polemik pro dan kontra yang berkepanjangan.
Sayangnya, dari pihak yang kontra, termasuk kelompok FPI, tindakan tegas yang mulai dijalankan Polri, masih dituding pilih kasih. Mereka beranggapan, banyak acara lain, temasuk tahapan pilkada yang tengah berjalan juga terjadi penumpukan massa, dan tanpa menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Padahal, setiap tahapan kampanye Pilkada sudah jelaa aturannya. Peratutan KPU detil, mengatur apa yang boleh dan tak boleh saat kampanye di masa pandemi.
Jika ada kerumunan, itu hanya terjadi di awal pendaftaran pasangan calon kepala daerah dimana PKPU belum direvisi.
Jadi, meski masih bisa dibenarkan argumentasi itu, tetapi jika tetap tidak punya kesadaran, bahwa hal yang mereka lakukan di acara-acara FPI dan Habib Rizieq yang membuat kerumunan akut, adalah sebuah kesalahan yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.
Artinya, terus meneruskan polemik.dengan berbagai alasan yang terus dibuat-buat, harus segera dihentikan dan tidak perlu dipanjang-panjangkan lagi, yang sebenarnya makin membuat masyarakat antipati.
Lebih baik menyadari bahwa ada kesalahan dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa mendatang. Tidak perlu ada acara-acara lagi yang menarik massa banyak saat ini, jadi lebih baik menggantinya dengan kegiatan yang dilangsungkan secara virtual.
Sebagai pemimpin agama, sudah seharusnya mereka menjaga umatnya, bukan malah membahayakan bagi mereka. Nggak perlu sok galak dan memutarbalikkan logika, ini masalah nyawa yang perlu diselematkan dan dihindari terpapar Covid 19