Dukung Program Ekoteologi, Kemenag Papua Barat Targetkan Tanam 50 Ribu Matoa

17 April 2025 - 20:18 WIB
Antaranews

Tribratanews.polri.go.id - Manokwari. Kanwil Kemenag Provinsi Papua Barat, menargetkan penanaman sebanyak 50 ribu bibit pohon matoa (pometia pinnata) guna mendukung Program Ekoteologi.

Kepala Kanwil Kemenag Papua Barat, Luksen Jems Mayor, mengatakan program tersebut bertujuan mendorong kesadaran dan partisipasi umat beragama melestarikan lingkungan.

Ekoteologi merupakan strategi pendekatan yang mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan kesadaran ekologis untuk membangun harmoni antara manusia dan alam semesta.

"Ekoteologi menjadi program prioritas Menteri Agama (Nasaruddin Umar) yang sejalan dengan Astacita Presiden Prabowo," ujarnya, dilansir dari laman Antaranews, Kamis (17/4/25).

Dalam kesempatannya ia menjelaskan bahwa Program Ekotelogi dengan gerakan penanaman sejuta pohon di seluruh Indonesia akan diluncurkan pada 22 April dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55.

Kanwil Kemenag sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota di Papua Barat dan Papua Barat Daya terkait dukungan pelaksanaan program tersebut.

"Untuk launching, 12 ribu bibit pohon yang disiapkan. Bibit itu disumbangkan pemerintah daerah, UPT Kementerian Kehutanan, dan internal kami," ujarnya.

Selanjutnya, ia menyebut gerakan penanaman bibit pohon matoa di Papua Barat dan Papua Barat Daya, lebih memprioritaskan tempat ibadah, sekolah keagamaan, atau lokasi lain milik organisasi keagamaan.

Hal tersebut sesuai dengan saran yang diberikan organisasi keagamaan dengan maksud agar gerakan penanaman sejuta pohon matoa dapat dipelihara dengan baik hingga masa mendatang.

"Kemenag provinsi ada 14 titik lokasi penanaman, dan Kemenag kabupaten se-Papua Barat dan Papua Barat Daya masing-masing 18 titik," jelasnya.

Menurut dia, pelaksanaan Program Ekotelogi berlangsung selama satu tahun, dan Kanwil Kemenag diinstruksikan untuk mengawal keberlanjutan gerakan penanaman bibit pohon matoa.

Matoa memiliki nilai ekologis, sosial dan budaya, sekaligus sebagai spesies yang adaptif terhadap kondisi lingkungan, sehingga dapat menyebarluaskan pesan konservasi berbasis kearifan lokal.

"Makanya kerja administrasi Kementerian Agama seluruh Indonesia hanya dari Senin sampai Kamis, lalu Jumat kerja sosial di lapangan," jelasnya.

Selanjutnya, ia berharap pelaksanaan Program Ekoteologi menginspirasi berbagai kalangan masyarakat terutama komunitas agama, dan komunitas lokal lainnya untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan.

Gerakan penanaman sejuta pohon matoa bukan hanya sekadar gerakan menghijaukan lingkungan, melainkan manifestasi dari tanggung jawab moral dan spiritual umat beragama merawat alam.

"Kita patut berbangga karena pak menteri memilih matoa yang berasal dari Tanah Papua untuk ditanam di seluruh Indonesia," tutupnya.

(fa/hn/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment