Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal ganas di dalam tubuh. Pertumbuhan sel ini dapat terjadi di seluruh organ tubuh. Karena pertumbuhannya tidak terkendali, akibatnya sel abnormal tersebut merusak sel normal di sekitarnya.
Salah satu kanker dengan kasus tertinggi di dunia adalah kanker usus besar atau kanker kolon. Dari data Globocan pada tahun 2020, kanker kolon secara global berada di urutan nomor dua jenis kanker penyebab kematian terbesar. Sementara di Indonesia, kanker kolon menduduki kasus tertinggi keempat dengan total pasien secara keseluruhan mencapai sekitar 34 ribu.
Sementara itu, Dokter Spesialis onkologi, dr. Wong Siew Wei dari Parkway Cancer Centre, Singapura menjelaskan, kanker kolon adalah suatu keganasan pada polip yang menyerang jaringan usus besar (kolon) dan rektum. Meski risiko terkena kanker kolon meningkat seiring pertambahan usia, tetapi saat ini lebih banyak menyerang kelompok muda.
"Kanker usus besar ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan karena mulai menyerang kelompok usia lebih muda. Berdasarkan data di Eropa dan Amerika, 1 dari 10 orang yang mengidap kanker kolorektal (kolon) adalah usia muda," jelas dr. Wong dikutip dari DetikHealth, Kamis (20/4/23).
Baca Juga: Berikut Negara yang Menetapkan Lebaran Hari Jumat Atau Sabtu
Hal ini bisa terjadi seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat (merokok, kecanduan alkohol), stres berlebih, obesitas, dan faktor genetik. Pola makan tidak sehat, misalnya sering mengonsumsi makanan cepat saji dan tinggi lemak berisiko menyebabkan perubahan microbiome pada usus. Sel-sel sehat di usus besar mengalami perubahan (mutasi) dalam DNA mereka yang menyebabkan kanker.
Ia memaparkan, ada beberapa gejala yang mungkin dialami oleh pengidap kanker kolon. Berikut ini adalah gejalanya.
1. Ada darah dalam tinja;
2. Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti sembelit atau diare;
3. Perut terasa tidak nyaman (kram, bergas, dan nyeri);
4. Perasaan tidak puas setelah buang air besar;
5. Ada benjolan di bagian perut.
Diketahui, kanker ini memiliki sedikit bahkan tidak bergejala. Hanya sekitar sepertiga dari total kasus kanker kolon yang terdiagnosis pada stadium awal. Oleh sebab itu, dr. Wong menekankan pentingnya skrining rutin. Tujuannya membantu mendeteksi penyakit pada tahap awal sehingga meningkatkan peluang kesembuhan.
Tak hanya itu, lakukan tes darah untuk mengetahui jumlah sel darah merah tubuh. Ia mengungkapkan kekurangan sel darah merah atau anemia dapat menjadi tanda peringatan dini kanker kolon.
(sy/hn/um)