Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Langkah yang bisa dilakukan agar terhindar dari gangguan kolesterol termasuk saat liburan Natal dan Tahun Baru saat ini, adalah dengan menerapkan pola makan sehat dengan menghindari makanan tinggi lemak jenuh, menurut dokter spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah – Puri Indah, dr Wirawan Hambali, Sp.P.D., Minggu (24/12/23).
"Peningkatan aktivitas fisik juga dapat membantu mencegah dan mengelola gangguan kolesterol. Penting juga untuk menghindari alkohol dan menghentikan kebiasaan merokok," ujarnya.
Dillansir Antaranews, Kolesterol adalah lemak yang beredar di dalam tubuh. Di dalam darah, lemak kolesterol ini dibawa oleh protein. Gabungan keduanya disebut dengan lipoprotein.
Baca Juga: Pertamina Berikan Apresiasi Kepada Polda Jambi Dalam Pengungkapan Kasus Penyalahgunaan BBM Subsidi
Dalam kadar yang sesuai, kandungan tersebut sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh dalam membantu membangun sel-sel baru, membantu tubuh memproduksi vitamin D, sejumlah hormon, dan asam empedu untuk mencerna lemak.
Selain itu, senyawa ini juga dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan, produksi hormon, dan membentuk vitamin D. Namun, jika kadarnya terlalu tinggi, hal tersebut dapat membahayakan tubuh karena akan menyebabkan berbagai penyakit dan komplikasi.
Kolesterol disebut mengalami gangguan, apabila nilainya berada di luar dari rentang nilai normal yang seharusnya. Kriteria diagnosis gangguan kolesterol salah satunya kolesterol total dengan nilai di atas 200 mg/dL (dianggap tinggi).
Selain itu, kolesterol LDL dengan nilai di atas 100 mg/dL dan trigliserida dengan nilai di atas 150 mg/dL (dianggap tinggi) serta kolesterol HDL dengan nilai di bawah 40 mg/dL pada pria dan 50 mg/dL pada wanita (dianggap rendah).
Ia mengatakan kadar kolesterol tinggi biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Dalam kebanyakan kasus, gejala baru terasa saat kondisi ini mengarah pada pembentukan plak di dalam pembuluh arteri.
"Plak ini dapat mempersempit arteri sehingga hanya sedikit darah yang dapat melewatinya," jelasnya.
Selanjutnya, pembentukan plak mengubah susunan lapisan arteri. Saat terjadi pengendapan pada dinding arteri, terjadi penurunan aliran darah di jantung, otak, dan bagian tubuh lainnya.
Dalam kesempatannya, ia mengungkapkan bahwa kadar kolesterol tinggi meningkatkan risiko seseorang terkena penyempitan arteri atau aterosklerosis, penggumpalan darah di bagian-bagian tubuh tertentu, stroke, sampai serangan jantung.
Berbicara faktor risiko kondisi ini, pola makan tidak sehat sering kali dianggap sebagai yang utama seseorang memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
"Menyambut libur akhir tahun, ada baiknya Anda tetap sadar dalam memilih jenis makanan maupun minuman yang akan dikonsumsi. Waspadalah terhadap makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh dan gula karena dapat meningkatkan kadar kolesterol," jelasnya.
Selain pola makan yang tidak sehat, ada beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan kolesterol, antara lain kurangnya aktivitas fisik, riwayat keluarga dengan gangguan kolesterol, faktor usia, dan kebiasaan merokok karena dapat mengurangi kadar HDL dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Sebagai upaya pencegahan gangguan kolesterol, di samping pemilihan pola makan sehat, aktif secara fisik dan menghindari kebiasaan merokok, Wirawan Hambali juga menyarankan masyarakat agar jangan ragu untuk melakukan skrining dan mengkonsultasikan kondisi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika memiliki kadar kolesterol tinggi.
Kemudian, apabila perubahan gaya hidup tidak cukup efektif, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk membantu menurunkan kadar kolesterol.
"Perlu diingat bahwa penggunaan obat-obatan jenis statin dapat memberikan dampak pada kehamilan. Penggunaan obat statin pada wanita usia produktif, terkait dengan manfaat dan risiko yang dapat ditimbulkan, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis penyakit dalam," jelasnya.
Menurut Organsasi Kesehatan Dunia (WHO), kadar kolesterol tinggi adalah faktor risiko utama untuk penyakit pembuluh darah jantung dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian di dunia.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2018 memperlihatkan proporsi penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun yang mengalami gangguan kolesterol adalah sekitar 21,2 persen dengan kadar Kolesterol total 200-239 mg/dL dan 7,6 persen dengan kadar kolesterol di atas 240 mg/dL.
"Ini menunjukkan bahwa banyak orang di Indonesia berisiko terkena penyakit jantung dan stroke akibat gangguan kolesterol," tutupnya.
(ri/pr/nm)