Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Beberapa negara, termasuk India, tengah dihantam gelombang panas (heatwave). Dalam 30 tahun terakhir, di India sudah ada lebih dari 24 ribu orang meninggal dunia imbas gelombang panas.
Spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker) dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban, mengungkap ada 13 orang di India meninggal akibat heatstroke, yakni penyakit yang timbul akibat gelombang panas.
"Heat stroke itu penyakit paling serius akibat gelombang panas. Terjadi karena tubuh tak mampu kontrol temperatur dan mengakibatkan temperatur tubuh cepat sekali meningkat. Keringat gagal dikeluarkan dan badan tak bisa mengontrol temperatur untuk segera turun," ujar Prof. Zubairi dalam cuitan di akun Twitter @ProfesorZubairi, yang dilansir dari Detik pada Kamis (27/4/23).
Baca Juga: Kapolda Kalsel Turunkan Tim Audit Guna Cek Semua Ruang Tahanan Polisi
Biasanya tubuh akan berhasil menekan temperatur lewat mekanisme pertahanan tubuh. Jika temperatur tubuh mencapai lebih dari 40 derajat celcius selama 10 hingga 15 menit, bisa terjadi heatstroke dan kematian atau cacat permanen jika tidak segera ditangani.
Ia menjelaskan, lansia berusia 65 tahun ke atas adalah kelompok yang paling rentan mengalami heatstroke. Selain itu, bayi, balita, dan pengidap obesitas juga memerlukan pemantauan lantaran orang dengan kondisi ini tidak tahan terhadap dehidrasi. Termasuk yang harus mendapat atensi adalah mereka-mereka yang bekerja keras secara fisik saat gelombang panas ini.
Terakhir, yang berisiko tinggi adalah yang fisiknya sedang sakit. Seperti sakit jantung, tekanan darah tinggi, yang sedang minum obat antidepresan, orang, gangguan sirkulasi pembuluh darah, Deep Vein Thrombosis (DVT), atau trombosis vena dalam, dan polisitemia.
Diberitakan, beberapa orang mengaitkan cuaca panas di RI akhir-akhir ini dengan gelombang panas di India. Namun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meluruskan, suhu panas di Indonesia saat ini tidak berkaitan dengan gelombang panas. Sebab dari segi karakteristik fenomena maupun indikator statistik pengamatan suhu, kondisi di Indonesia ini tidak memenuhi kategori gelombang panas.
(sy/hn/um)