Sejak MRS tokoh FPI kembali ke Indonesia, suhu politik di Indonesia kembali menghangat, seperti memindah api yang semula berada di luar, rentetan kejadian demi kejadian terangkai hingga menyebabkan korban baik jiwa maupun banyak pengikutnya yang fanatik akhirnya berurusan dengan pihak berwajib akibat mengikuti emosi dengan melakukan ujaran kebencian di media sosial.
Mereka menyasar simbol simbol negara atau kelompok kelompok yang dianggap menjadi pendukung dan alat pemerintah seperti banyaknya ancaman terhadap polisi di media sosial sampai mengutarakan pembunuhan, ancaman terhadap tokoh tokoh nasional seperti ancaman kepada Menteri Polhukam Mahfud MD di daerah asalnya Madura, hingga Pelemparan Bom Molotov oleh simpatisan FPI di Bogor kepada Sekretariat PDI P Bogor.
Hal ini seolah menjadi early warning atau alarm keras bagi semua pihak terutama jajaran Kepolisian untuk selalu waspada mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.
Kita mengetahui pada Desember ini banyak sekali peristiwa peristiwa yang sering kali terjadi terutama peristiwa teror terkait bulan Desember ada perayaan hari raya Natal bagi umat Kristiani yang bersebrangan dengan ideologi mereka, juga Ulang Tahun Kelompok Papua Merdeka yang selalu juga menciptakan aksi baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Kita juga masih ingat rangkaian aksi teroris di bulan ini (Desember Action) seperti perisitiwa bom di Solo, Surabaya, Malang dan Jakarta kerap kali dilakukan di bulan Desember.
Perisitiwa-peristiwa ini dengan latar belakang keadaan politik di Indonesia yang sedang hangat, jangan sampai ditunggangi pihak pihak yang sudah jelas jelas menjadi musuh negara yaitu terorisma dan gerakan separatis apapun alasan mereka.
Salah satunya adalah komunikasi intensif dengan masyarakat terutama tokoh tokoh organisasi selain itu pendekatan pendekatan persuasif juga dilakukan sehingga mereka merasa terayomi dan menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga yang selalu melibatkan kelompok mereka dalam mengamnkan bersama sama obyek vital seperti gereja, masjid untuk menunjukkan kebhinekaan Indonesia adalah suatu kekayaan yang harus dijaga.
Selain itu yang terpenting adalah tindakan sedini mungkin terhadap ancaman dan gangguan yang memiliki potensi membesar seperti demontrasi yang berlatar belakang agama, menindak orang orang yang dianggap provokator bagi terjadinya suatu kerusuhan serta penjagaan terhadap pusat pusat ekonomi, hiburan dan ibadah yang sering kali menjadi target teror serta daerah daerah yang selama ini menjadi sumber adanya kerusuhan seperti Poso, Papua Barat serta daerah lainnya.