Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Dr. Ida Ruwaida, M.Si., menyoroti bahaya fenomena feminisida terhadap ekonomi keluarga.
Dalam kesempatannya, ia mengungkapkan bahwa situasi tersebut membutuhkan solusi untuk memperkuat daya juang keluarga di tengah tekanan ekonomi.
"Kemampuan keluarga bertahan terhadap tekanan semakin melemah sehingga diperlukan upaya kolektif untuk memperbaiki daya juang mereka," ujarnya, dilansir dari laman RRI, Rabu (18/12/24).
Selanjutnya, ia menambahkan kerentanan keluarga terhadap situasi sulit kerap menjadi pemicu tragedi.
"Tekanan ekonomi, termasuk utang pinjol berbunga tinggi, sering menjadi penyebab utama kasus ini," jelasnya.
Ia juga menghubungkan kondisi tersebut dengan kasus keluarga di Jakarta yang bunuh diri karena utang.
"Ketika keluarga tidak menemukan solusi lain, mereka cenderung memilih jalan pintas sebagai pelarian," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, ia mengusulkan pendekatan berbasis komunitas sebagai solusi.
"Keterlibatan masyarakat sekitar melalui jejaring sosial dapat membantu keluarga menghadapi tekanan ekonomi," ujarnya.
Fenomena ini menjadi pengingat penting bagi berbagai pihak untuk bertindak cepat.
"Ini alarm bagi kita semua untuk lebih peduli pada keluarga dalam situasi sulit," jelasnya.
Femisida merupakan fenomena pembunuhan perempuan terkait dengan identitas gendernya. Komnas Perempuan pernah menyatakan kasus femisida cenderung dianggap kriminalitas biasa tanpa perhatian terhadap pemulihan korban dan keluarganya.
(fa/hn/nm)