Tudingan bahwa Polri di balik penyerangan atas pemuka agama, kini kembali terjadi. Menyusul penembakan dan pembunuhan pendeta Yeremia di Papua, beberapa hari lalu, KKB dan beberapa tokoh masyarakat di sana menuding bahwa Polri bersama TNI ada di balik kekerasan tersebut. Issu ini sengaja dilontarkan KKB untuk mendiskreditkan dan membuat Polri seolah-olah berhadap-hadapan dengan masyarakat.
Polri dianggap sebagai bagian yang membuat kondisi di Papua menjadi tidak aman dan berbahaya. Sebuah hoax yang sulit dicari kebenarannya, mengingat Polri, terutama Polda Papua, tidak ada kepentingan dan masalah dengan aktivitas keagamaan masyarakat di Papua.
Untuk itu, ketegasan Kapolda Papua, Irjen Pol. Paulus Waterpauw, yang meminta semua elemen masyarakat menghentikan hoax dan berita tidak benar tersebut. Masyarakat harus percaya bahwa Polda Papua, hanya menjalankan tugas profesionalnya untuk menciptakan keamanan dan ketertiban untuk kepentingan masyarakat di Papua.
Harus diakui apa yang terjadi belakangan di Papua, lebih kental nuansa politis, agar masalah Papua terdengar dan dibicarakan lagi di forum-forum internasional.
Apalagi Presiden Jokowi dijadualkan akan berbicara di Sidang Umum PBB, sehingga jika terjadi permasalahan di Papua, akan mudah ditarik dan dibicarakan di forum tersebut.
Rasanya terlalu naiflah bagi polisi membunuh seorang pendeta, apapun alasannya, toh selama ini Polri tidak berhadapan sama sekali dengan aktivitas keagamaan apapun di Papua. Jadi, memang issu bahwa Polri sebagai dalang pembunuhan pendeta di Papua, rasanya terlalu bodoh untuk terus dikembangkan dan dilanjutkan.