Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Sebanyak 400 peserta mengikuti pelatihan deteksi dini konflik sosial keagamaan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Agama (Kemenag).
Pelatihan dilaksanakan dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada 27 Februari sampai 4 Maret 2023 dan gelombang kedua dilaksanakan pada 6 hingga 11 Maret 2023.
Baca juga : Komitmen Layani Kesehatan Masyarakat, Pusdokkes Polri Sediakan 57 Rumah Sakit Bhayangkara
"Konflik yang sifatnya keagamaan dan kebangsaan harus segera kita lakukan deteksi sedini mungkin sehingga sebelum ada konflik, kita mampu mencegahnya," ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Suyitno mengatakan Indonesia dengan keberagamannya baik itu agama, suku, maupun bahasa, memiliki potensi terjadinya konflik sosial keagamaan. Sehingga, deteksi dini perlu dilakukan dengan menyiapkan langkah-langkah preventif sejak awal.
"Mengetahui bagaimana melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif dan mitigatif dan bagaimana mampu memetakan permasalahan," ujar Suyitno. Ia berharap para alumni pelatihan mendapatkan masukan untuk mendeteksi potensi konflik dan terjun dengan langsung memberikan laporan di lapangan.
Sementara itu Kepala Pusat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kemenag Mastuki mengungkapkan pelatihan ini adalah tahun kedua dari rencana implementasi program unggulan religiosity index.
"Pelatihan deteksi dini konflik sosial ini termasuk kategori program unggulan Pusdiklat yang menggunakan pendekatan policy based training. Kurikulum dirancang oleh tim terdiri dari beberapa ahli terkait," ujar Mastuki.
(Antara/ndt)